Kamis, 22 Juli 2010

Bencana di balik bencana

Bencana di balik bencana
di ambil dari Angkirang harian jogja
Selain berita seputar perhelatan sepak bola sejagad yang digelar di Arfi ka Selatan, negeri ini juga sedang dihebohkan oleh kasak-kusuk tentang video porno mirip artis. Pihak-pihak yang terkait dengan video itupun sudah diselidiki bahkan ada yang sudah mengakui dan menyesal di depan publik. 

Apapun keputusan hukum nanti, kasus ini tentu merupakan sebuah bencana. Karier yang sedang bersinar bisa tiba-tiba redup. Konon, Ariel begitu tertekan, stres dan berat badan turun. Konon, di berbagai tempat mereka yang dianggap terlibatpun, dilarang tampil publik. Padahal mereka hidup dari tampilan publik itu. 

Sekali lagi, bencana! Tetapi bencana apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini? Saya teringat akan sebuah pementasan teater Mandiri pimpinan Putu Wijaya di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Tema yang diangkat kala itu berjudul: Setan, Zetan, Pahlawan. Dikisahkan pada awal cerita, ada satu setan besar. 

Agak lucu bahwa setan yang begitu besar itu mengenakan seragam SD: baju putih dan celana merah berdasi kupu merah. Lebih lucu lagi, setan besar itu keliling panggung mengendarai sepeda mini. Ia berkeliling sambil membawa meja lipat seperti yang biasa dipakai anak-anak TK. 

Mau apa dia? Ternyata setan ini sedang sibuk mencari sekolahan. Ia pun lalu masuk suatu kompleks sekolahan dan menjumpai seorang guru, lalu memintanya untuk mengajar. Sang Guru pun terhenyak. zaman apalagi ini, ada setan mau sekolah. Oo alamak! Guru itu menolak, dengan alasan bahwa ia hanya bisa dan hanya biasa mengajar manusia dan bukan setan. 

Tetapi Zetan itu tidak mau ditampik. Ia lalu menujukkan kekuatannya di atas panggung. Ia mengancam, mengamuk dan menerkam sang guru. Guru itu menyerah. Dan si Zetan sekali lagi berkata: "Guru, ajari aku!" Gurunya bertanya, "Kamu mau belajar apa? Matematika, fisika, geografi atau agama?" "Bukan!" jawab setan 

"Saya ingin mempelajari pelajaran ‘budi pekerti’. Nah hebat kan, setan mau belajar budi pekerti dan sopan santun. Baik, pelajaranpun dimulai. Si setan diajar bagaimana berperilaku sopan, diajar bagaimana bersikap jujur kepada sesama manusia (sesama setan, tentunya) dan sebagainya. 

Akhirnya pelajaran selesai dan setan itu diharuskan mengikuti Ujian Nasional. Dia lulus dan menjadi bintang kelas, rangking satu. Zetan pun minta ditugaskan oleh Sang Guru. Sang guru lalu mengacungkan telunjuknya sambil berkata: "Baik, sekarang pergilah kau ke Indonesia!" Si setan lalu bertanya lagi, "Mana itu Indonesia?" "Oh gampang" jawab si guru. 

"Pergilah ke suatu tempat dimana sekarang sedang digelapkan dengan debu gunung berapi, dihangatkan degan awan panas, dibasahi dengan banjir, dikotori dengan lumpur panas dan digoncang- goncang oleh gempa, itulah Indonesia!" 

Mendengar itu si setan protes, "Guru, bukankah ijasahku adalah ijasah budi pekerti? Aku bukan arsitek dan bukan insinyur yang bisa membangun kerusakan!" Kenapa aku diutus pergi ke tempat yang banyak gempa? "Benar" jawab si guru. 

"Kamu harus tahu bahwa bencana yang sesungguhnya terjadi di Indonesia bukanlah rumah yang roboh, bukan bangunan yang hancur, dan mayat yang berserak. Bencana yang sesungguhnya adalah kehancuran moral bangsa! Pergilah kesana dan ajari mereka budi pekerti" 

Cerita ini mau mengatakan apa? Cerita ini mau mengajak kita untuk melihat bahwa sebenarnya ada bencana di balik bencana. Dan dimanakah Allah? Berefl eksi atas bacaan itu, kita disadarkan bahwa Allah menekankan bahwa moral baik akan membimbing kita dalam keselamatan.



Rm. C. Yan Priyanto, SJ
Rohaniwan & Pendidik
di Kolese Le Coq
Nabire

Tidak ada komentar: