Jumat, 30 Juli 2010

img
Ilustrasi (abc)

3 Tipe Remaja yang Rawan Kena Hipertensi



Jakarta, Tekanan darah tinggi umumnya dianggap sebagai masalah orang dewasa. Tapi remaja juga bisa mengalami kondisi ini. Karena itu ketahui apa saja penyebab naiknya tekanan darah pada seorang remaja.

Dikutip dari Mayoclinic, Jumat (30/7/2010) dulu hipertensi pada remaja paling sering disebabkan akibat adanya masalah pada jantung dan ginjal.

Tapi kini penyebabnya bisa bermacam-macam, meskipun belum dapat diidentifikasi lebih jelas. Karena berbagai faktor risiko bisa berkontribusi untuk mengembangkan kondisi ini.

Dr Muntner, seorang epidemiologis di New Orleans melaporkan dalam Journal of the American Medical Association bahwa tekanan darah tinggi atau hipertensi pada remaja mengalami peningkatan dari 1 persen menjadi 5 persen antara tahun 1989-2002.

Setidaknya ada tiga tipe remaja yang rawan kena hipertensi:

1. Remaja yang punya keluarga hipertensi
Tekanan darah tinggi memang cenderung dipengaruhi oleh turunan keluarga. Karenanya jika orangtua atau kakek neneknya memiliki hipertensi, maka faktor risikonya akan lebih tinggi.

Selain itu diketahui bahwa ras Afrika-Amerika lebih sering terkena hipertensi pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan ras Kaukasia.

2. Remaja bertubuh gemuk
Kelebihan berat badan atau obesitas bisa menyebabkan hipertensi karena membutuhkan jaringan yang lebih banyak untuk membawa darah, oksigen dan nutrisi.

Karena volume darah meningkat, maka tekanan pada dinding arteri juga meningkat. Saat ini makin banyak remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik yang membuat obesitas banyak terjadi pada kaum remaja.

3. Remaja dengan pola makan yang buruk
Sebagian besar remaja punya pola makan sembarangan dan jarang sekali yang mau mengonsumsi makanan sehat dan seimbang. Remaja lebih memilih junk food atau makanan yang mengandung kadar natrium tinggi.

Padahal kadar natrium yang tinggi membuat tubuh menarik air lebih banyak, kondisi ini dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu kurangnya asupan vitamin D juga mempengaruhi, karena kalium yang cukup bisa membantu menyeimbangkan jumlah natrium di dalam sel.

Perubahan hormon yang terjadi pada remaja juga turut mempengaruhi risiko tekanan darah tinggi. Perubahan hormon yang ada termasuk lonjakan dalam hormon seks testosteron dan estrogen. Namun efek dari perubahan hormon ini belum bisa dipahami sepenuhnya.

Vera Farah Bararah - detik Health

Senin, 26 Juli 2010

Beberapa kegiatan Masjid Raya Batam

Beberapa kegiatan Masjid Raya Batam

  Untuk meyambut Bulan suci Ramadhan 1431H ,,Semoga di tahun ini Kita mendapatkan Ampunan Dari NYA ....Amin.

Sabtu, 24 Juli 2010

Catatanku - Melly feat baim cilik(HD)

(Perubahan) sekarang masa kita menjadi lebih dewasa menghadapi sesuatu dengan kepala dingin walau hati kian memanas ,,kedewasaan seseorang kan bertambah dikala dia merasakan tuk berpikir menjadi seorang pria,, bukan lagi seorang cowok karna pria kan menjadi kepala rumah tangga bagi anak dan terutama istri nya ,,jadi lah pria yang sejati...

Melly goslow feat Baim - Catatanku [ inbox ]

(Perubahan) sekarang masa kita menjadi lebih dewasa menghadapi sesuatu dengan kepala dingin walau hati kian memanas ,,kedewasaan seseorang kan bertambah dikala dia merasakan tuk berpikir menjadi seorang pria,, bukan lagi seorang cowok karna pria kan menjadi kepala rumah tangga bagi anak dan terutama istri nya ,,jadi lah pria yang sejati...

Kamis, 22 Juli 2010

Bencana di balik bencana

Bencana di balik bencana
di ambil dari Angkirang harian jogja
Selain berita seputar perhelatan sepak bola sejagad yang digelar di Arfi ka Selatan, negeri ini juga sedang dihebohkan oleh kasak-kusuk tentang video porno mirip artis. Pihak-pihak yang terkait dengan video itupun sudah diselidiki bahkan ada yang sudah mengakui dan menyesal di depan publik. 

Apapun keputusan hukum nanti, kasus ini tentu merupakan sebuah bencana. Karier yang sedang bersinar bisa tiba-tiba redup. Konon, Ariel begitu tertekan, stres dan berat badan turun. Konon, di berbagai tempat mereka yang dianggap terlibatpun, dilarang tampil publik. Padahal mereka hidup dari tampilan publik itu. 

Sekali lagi, bencana! Tetapi bencana apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini? Saya teringat akan sebuah pementasan teater Mandiri pimpinan Putu Wijaya di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Tema yang diangkat kala itu berjudul: Setan, Zetan, Pahlawan. Dikisahkan pada awal cerita, ada satu setan besar. 

Agak lucu bahwa setan yang begitu besar itu mengenakan seragam SD: baju putih dan celana merah berdasi kupu merah. Lebih lucu lagi, setan besar itu keliling panggung mengendarai sepeda mini. Ia berkeliling sambil membawa meja lipat seperti yang biasa dipakai anak-anak TK. 

Mau apa dia? Ternyata setan ini sedang sibuk mencari sekolahan. Ia pun lalu masuk suatu kompleks sekolahan dan menjumpai seorang guru, lalu memintanya untuk mengajar. Sang Guru pun terhenyak. zaman apalagi ini, ada setan mau sekolah. Oo alamak! Guru itu menolak, dengan alasan bahwa ia hanya bisa dan hanya biasa mengajar manusia dan bukan setan. 

Tetapi Zetan itu tidak mau ditampik. Ia lalu menujukkan kekuatannya di atas panggung. Ia mengancam, mengamuk dan menerkam sang guru. Guru itu menyerah. Dan si Zetan sekali lagi berkata: "Guru, ajari aku!" Gurunya bertanya, "Kamu mau belajar apa? Matematika, fisika, geografi atau agama?" "Bukan!" jawab setan 

"Saya ingin mempelajari pelajaran ‘budi pekerti’. Nah hebat kan, setan mau belajar budi pekerti dan sopan santun. Baik, pelajaranpun dimulai. Si setan diajar bagaimana berperilaku sopan, diajar bagaimana bersikap jujur kepada sesama manusia (sesama setan, tentunya) dan sebagainya. 

Akhirnya pelajaran selesai dan setan itu diharuskan mengikuti Ujian Nasional. Dia lulus dan menjadi bintang kelas, rangking satu. Zetan pun minta ditugaskan oleh Sang Guru. Sang guru lalu mengacungkan telunjuknya sambil berkata: "Baik, sekarang pergilah kau ke Indonesia!" Si setan lalu bertanya lagi, "Mana itu Indonesia?" "Oh gampang" jawab si guru. 

"Pergilah ke suatu tempat dimana sekarang sedang digelapkan dengan debu gunung berapi, dihangatkan degan awan panas, dibasahi dengan banjir, dikotori dengan lumpur panas dan digoncang- goncang oleh gempa, itulah Indonesia!" 

Mendengar itu si setan protes, "Guru, bukankah ijasahku adalah ijasah budi pekerti? Aku bukan arsitek dan bukan insinyur yang bisa membangun kerusakan!" Kenapa aku diutus pergi ke tempat yang banyak gempa? "Benar" jawab si guru. 

"Kamu harus tahu bahwa bencana yang sesungguhnya terjadi di Indonesia bukanlah rumah yang roboh, bukan bangunan yang hancur, dan mayat yang berserak. Bencana yang sesungguhnya adalah kehancuran moral bangsa! Pergilah kesana dan ajari mereka budi pekerti" 

Cerita ini mau mengatakan apa? Cerita ini mau mengajak kita untuk melihat bahwa sebenarnya ada bencana di balik bencana. Dan dimanakah Allah? Berefl eksi atas bacaan itu, kita disadarkan bahwa Allah menekankan bahwa moral baik akan membimbing kita dalam keselamatan.



Rm. C. Yan Priyanto, SJ
Rohaniwan & Pendidik
di Kolese Le Coq
Nabire

Selasa, 06 Juli 2010

Guyonan Angkringan

guyonan ala Angkringan (Jangan jadi bangsa telmi)
Minggu, 04 Juli 2010 10:27:59


“Wah, pesta bola berakhir seminggu lagi ya... Selesai sudah hiburan bermutu di televisi, lha acara liyane ki jan njelehi kabeh je...” ujar Dadap dengan nada lesu.

Namanya juga pesta, pasti ada selesainya juga ta, Dap... mosok, pesta kok terus-terusan... Bisa bikin rugi para pengusaha...” sahut Suto yang malam itu datang agak larut malam di angkringan Pakdhe Harjo.

“Lha kok bisa rugi, Kang Suto... Apa hubungannya... wong pesta bolanya jauh di sana, di Afrika Selatan, perusahaannya di sini... Rak dhong aku, Kang...” Dadap menimpali.

“Bagaimana tidak... Karena pada sering begadang nonton bola, bangunnya kesiangan. Berangkat kerja telat, di kantor dha nglentruk kaya pitik thelo... Kan produktivitasnya jadi berkurang, bisa merugikan perusahaan ta...” Suto terpaksa njlentrehake sebab-musabab tersebut.

“O... begitu ta... tapi Kang, mbok ndak ada Piala Dunia pun, teman-teman juga sering telat datang di tempat kerja, dan sering pada ngelentruk di tempat kerja... Itu gejala apa ya,” Dadap mencoba berargumentasi.

“Bicara soal produktivitas, SDM kita memang kalah kok dibandingkan dengan pekerja di China dan Vietnam. Mereka lebih sigap dan giat bekerja, tidak nglelet seperti pekerja kita pada umumnya,” Suto memaparkan.

“Mosok begitu ta Kang... makanya tidak heran ya kalau kemajuan ekonomi mereka lebih pesat ketimbang kita... Kalau begitu, bahaya no, bagi bangsa kita, karena akan semakin ketinggalan dari tetangga kanan-kiri...” tanggap Dadap.

“Wooh, itu belum apa-apa Dap. Nanti, mulai 2015, persaingan di antara bangsa-bangsa di Asia Tenggara akan makin kenceng lho, karena mulai tahun itu kan diberlakukannya penggabung an ekonomi alias penggabungan pasar Asean beserta segala konsekuensinya,” ungkap Noyo.

“Memangnya kenapa kalau ekonomi Asean digabung, Kang Noyo... Buat kami-kami rakyat kecil ini, apalah artinya penggabungan pasar itu... Sik penting, Pasar mBeringharjo masih ada ya ndak masalah... Yang masalah itu kan tadinya enak-enak jualan di Pasar Ngasem, eh pasare dibubarkan...” tutur Dadap sekenanya.

“Lha kamu ini ndak pernah mbaca koran kok Dap. Dengan penggabungan ekonomi Asean, berarti tukang batu dari Filipina boleh bekerja di Indonesia, tukang kayu Malaysia bebas bekerja di Jakarta, bakul gudeg dari Jogja leluasa berjualan di Singapura, dan sebagainya...” Suto membantu menjelaskan.

“Masalahnya, Dap, kalau tukang-tukang dari negara tetangga itu bebas bekerja di tanah air kita, mau dikemanakan tukang-tukang kita yang keterampilannya mungkin kalah ketimbang rekan sejawat mereka dari negeri jiran itu... Belum lagi tenaga profesional seperti bankir, dokter, pengacara, dan sebagainya bebas bekerja di masing-masing negara anggota Asean... Ini ancaman bagi kita Dap,” kata Noyo.

“We lha, kok ngeri banget begitu, Kang... Lha kok pemerintah kita membolehkan... Apakah pemerintah kita tidak mikir bahwa bangsanya belum sepintar dan seterampil bangsa lain... Mana sekolahan sekarang ini mahalnya setengah modar, banyak anak-anak dari golongan tak mampu tidak sanggup bersekolah...” ujar Dadap sambil ngampet amarah.

“Itu kan keputusan yang sudah dilakukan oleh pemerintah kita selama bertahun-tahun silam, yang ketika itu merasa sok tahu bahwa masyarakat kita pada tahun 2015 nanti diimpikan sudah maju... Eh, ternyata sekarang ini semuanya malah jadi serba sulit... Apa-apa mahal... Ini yang tidak diperkirakan oleh para pejabat kita...” Noyo menambahkan.

“Mungkin tidak semenakutkan itu ya kondisinya nanti... Sebenarnya, masih ada waktu sekitar lima tahunan bagi Indonesia untuk menyiapkan segala sesuatunya menyambut penggabungan ekonomi Asean itu... Jadi, jangan hanya bersedih dan menggerutu...” kata Suto.

“Itu terjadi gara-gara bangsa kita ini telmi kok, Dap... Bereaksinya setelah ancamannya menjadi kenyataan,” kata Noyo.

“Apa itu kang telmi...” Dadap bertanya penasaran.

“Ya seperti kamu itu...telat mikir, ha ha ha...” Noyo tak sanggup menahan cekakaan-nya.

di kutib dari=

Oleh Ahmad Djauhar
KETUA DEWAN REDAKSI HARIAN JOGJA

Jumat, 02 Juli 2010

biaya pendidikan anak sejak dini

Rumus biaya pendidikan anak
Oleh: Eko Endarto di kutib dari B.I
Hiruk pikuk ujian nasional telah usai. Kesibukan saat ini berganti dengan acara "boros ria" mulai dari mengajak anak liburan, membeli hadiah-hadiah, berbelanja kesenangan anak, dan sebagainya.

Namun, sebagai orang tua mestinya ada hal lain yang menjadi pikiran mereka. Tahun ajaran baru berarti dana pendidikan baru, dan itu artinya menguras dana, pikiran, dan tenaga. Mungkin harus menjebol tabungan, mencairkan investasi atau malah harus utang.

Setiap tahun, kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan ini selalu saja terjadi. Mulai dari keributan mencari sekolah, persiapan semua keperluan sekolah, dan tentu saja yang paling terpenting biaya sekolah yang setiap tahun harus diakui selalu saja naik.

Mungkin artikel ini sudah agak telat untuk membahas tentang besarnya biaya pendidikan, karena dana yang besar itu sudah harus ada. Namun, sebenarnya biaya pendidikan bukan hanya kegiatan 1 tahunan, tetapi persiap-an jangka panjang. Maka kalaupun tahun ini berat, seharusnya di jenjang pendidikan lebih tinggi kelak sebaiknya tidak lagi terjadi.

Perencanaan adalah yang utama. Sepertinya saran ini selalu klise. Namun, percaya atau tidak, banyak sekali keluarga yang tidak melakukannya walaupun mereka mengerti hal ini. Seperti setiap orang tahu kebersihan itu baik, tetapi tidak semua juga melakukan hal itu.

Biaya pendidikan memang selalu meningkat. Sebagian orang mengantisipasinya dengan sikap pasrah dan mengatakan, "nanti kalau waktunya sampai, pasti ada aja uangnya."

Sikap ini tidak salah, menunjukkan kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi. Namun, kalau tepat juga tidak. Sebab kalau kita meng-inginkan yang terbaik memang harus direncanakan.

Banyak anak tidak bisa mencapai cita-citanya karena ketidaksiapan orangtuanya. Kalau dibilang tidak mampu mungkin benar karena uang masuk sekolah yang besar itu harus tersedia kurang dari 2 tahun persiapannya. Namun, kalau mereka mempersiapkannya 10 atau 15 tahun sebelumnya seharusnya bisa.

Dana sebesar Rp150 juta bila disiapkan dalam 2 tahun membutuhkan dana Rp75 juta per tahunnya. Namun, kalau 15 tahun hanya dibutuhkan Rp10 juta per tahun. Pemilihan produk investasi juga menjadi perhatian penting dalam proses pencapaian tujuan biaya pendidikan ini.

Banyak orang merasa aman setelah mereka memilih satu produk investasi yang menempelkan kata-kata pendidikan di belakangnya. Asuransi pendidikan, tabungan pendidikan, dan sebagainya.

Tindakan yang dilakukan tidak salah. Namun untuk tepat sepertinya tidak juga. Sebab kalau kita mau jujur memperhatikan, dana pendidikan yang digelontorkan pada saat anak kita masuk ke jenjang pendidikan tersebut sebagian besar tidak cukup untuk membayar biaya masuk ke sekolah yang dituju.

Atau hasil investasi di tabungan pendidikan ternyata sama sekali jauh dari biaya yang diso-dorkan pihak sekolah sebagai syarat untuk masuk ke sekolah tersebut. Jadi apa yang salah?

Kalau kita sedikit kembali ke pembahasan saya sebelumnya, ternyata selama ini kita hanya menabung bukan berinvestasi. Kenaikan biaya produk investasi yang kita pilih ternyata tidak setinggi kenaikan biaya pendidikan. Jadi ya tetap saja tujuan tidak optimal tercapai.

Asuransi pendidikan

Banyak cara yang bisa digunakan oleh orangtua untuk mempersiapkan biaya pendidikan. Seperti yang telah diungkapkan pada awal. Umumnya ada dua produk yang amat dikenal oleh masyarakat karena kebetulan menempelkan kata pendidikan di belakang produknya. Yaitu produk tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan.

Tabungan pendidikan dibentuk oleh pihak perbankan. Biasanya kelebihan berupa imbal hasil yang lebih tinggi dari tabungan biasa dan tanpa adanya biaya administrasi menjadi "iming-iming" produk ini.

Namun, saat ini sangat jarang produk tabung-an pendidikan yang memberikan bunga atau bagi hasil yang fixed sehingga bisa jadi di saat bunga pasar yang melemah kita harus menambah setoran agar hasil akhir tidak terlepas.

Asuransi pendidikan memberi alternatif berbeda. Kepastian nominal pada tiap tahunnya adalah kelebihan produk ini. Belum lagi ditambah dengan adanya proteksi; sepertinya produk ini bisa sebagai pilihan alternatif. Namun, besaran premi yang cukup besar kadangkala menjadi kendala; walaupun besar atau tidak tetaplah relatif untuk semua orang.

Untuk itu ada baiknya kita mencoba untuk membuat ilustrasi kedua produk tersebut. Kita ambil suatu contoh: Diana adalah anak dari Pak Dany (30) yang saat ini baru berusia 1 tahun. Sesuai dengan jenjang wajar pendidikan yang akan dia tempuh, Diana akan memasuki jenjang pendidikan sebagai berikut :

Sebagai asumsi tambahan; misalnya biaya pendidikan saat ini dan perkiraan saat Diana masuk di tiap jenjang pendidikan yang rencananya dipilih pak Dany untuk kebutuhan pendidikan Diana adalah sebagai berikut:

Asumsi kenaikan biaya pendidikan fixed 12% per tahun. Nah, itu adalah gambaran berapa besar biaya yang dibutuhkan oleh Pak Dany guna kebutuhan anaknya kelak. g.p